Pada tahun 1991, China diundang untuk menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-24 di Kuala Lumpur, yang secara resmi membuka proses dialog antara China dan ASEAN. Dengan upaya bersama kedua belah pihak, kerja sama China-ASEAN telah mencapai perkembangan lompatan dan telah menjadi model kerja sama paling sukses dan dinamis di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa kedua belah pihak selalu mengutamakan satu sama lain dalam hubungan luar negerinya; selalu mengutamakan orang dan fokus pada kerja sama pragmatis; selalu menjunjung tinggi semangat kemitraan dan bekerja sama untuk menghadapi tantangan besar; selalu mematuhi pembangunan terbuka dan mencapai saling menguntungkan dan menang-menang; selalu menganggap situasi keseluruhan sebagai hal yang penting untuk menempatkan perbedaan pada tempatnya.
Sejak tahun lalu, dalam menghadapi dampak epidemi pneumonia mahkota baru, China dan ASEAN telah bekerja sama dan saling membantu, dan hubungan kedua belah pihak semakin dihaluskan. Saat ini, situasi anti-epidemi di ASEAN masih parah, dan semakin banyak strain bermutasi yang menular semakin menekan pencegahan epidemi negara-negara ASEAN; distribusi vaksin mahkota baru global yang tidak merata menyebabkan negara-negara ASEAN tidak dapat dengan cepat meningkatkan tingkat vaksinasi dan membangun penghalang kekebalan.